resensi buku

By rani sabtelasari - 1:39 PM














dua buku ini adalah buku karangan eko prasetyo. sebenarnya saya gx kenal sama pengarangnya. tapi salah satu bukunya ini menjadi salah satu resensi bacaan dari sebuah kegiatan yang saya ikuti dikampus. dari situlah saya mengenal tulisan eko prasetyo yang berhasil membuat saya betah untuk membuka setiap lembar dari buku bukunya itu. dan setidaknya membuat otak saya mulai berpikir.. (emang dari dulu gx berpikir ya.. :P hee) padahal saya dapat buku ini dari minjem temen. masih kurang dana untuk beli buku buku luar biasa kayak gini.. (harus lebih banyak nabung ^^)

ok langsung saya cerita tentang bukunya aja ya..

buku yang pertama "jadilah intelektual progresif".
Waktu awal saya baca sih tertarik bget, tapi waktu itu saya kurang suka baca buku pergerakan gini.. jadi sempet bersambung n gx langsung slesai bacanya. padahal setiap kata n sambungan kalimat yang ditulis keren banget n natural gitu (baca:gx pake bahasa yang ribet).
nih abstraksi buku ini:
Pendidikan kerapkali melahirkan orang pintar tapi tak ada nyali. Itu yang mengantarkan para intelektual jadi budak kekuasaan dan kekuatan modal. Keduanya punya kemiripan: membuat penindasan jadi terasa berbau ilmiah. Tapi tak semua intelektual berkarir sebagai pengkhianat! Antonia Gramsci, Che Guevara, Rosa Luxemburg, Sayyid Qutb dan Ali Syariati: membangkitkan kembali spirit pergerakan dalam diri seorang intelektual. Mereka tidak sekedar melakukan analisis tetap terlibat dalam gerakan perlawanan. Ujung dari kehidupan mereka adalah kematian yang tragis. Batas pengorbanan mereka telah membuat posisi inelektual tidak lagi berjarak dengan penderitaan rakyat. Kita sekarang ini memerlukan tangan intelektual yang berani membasuh penderitaan dengan perlawanan. Buku ini hendak menuturkan kembali kisah perlawanan yang sekarang kian padam.

Kepada siapa rakyat mesti berpaling? Itulah pertanyaan inti yang diajukan buku ini. Eko Prasetyo, penulis buku ini, meyakini bahwa kepada kaum intelektual progresif itulah bisa berharap adanya perubahan. Seorang terpelajar bukan semata-mata sosok yang mencintai pengetahuan tapi bagaimana dapat dan mampu memberi gagasan tentang perubahan.

Rakyat bukan sekedar butuh orang pintar tapi orang pintar yang berani menderita dan bersama-sama rakyat bertempur melawan penindasan!

ok kita lanjut buku yang kedua.. yang gx kalah bagusnya..
"Orang Miskin Dilarang Sekolah!"
dari buku ini saya tertarik dengan pendidikan.. saya tertarik membahas masalah rakyat yang gx bisa sekolah cuma karena gx ada duit... bukankah pendidikan itu hak semua orang?? sekarang yang terjadi malah ada sekat-sekat di dunia pendidikan semacam kasta.. kayak gini nih:

1. anak pintar, ortu kaya (paling bahagia nih orang hidup.. gampang kalo pengen pinter)
2. anak kurang pintar, ortu kaya (yaah setidaknya mereka bebas menentukan pilihan sekolah, karena orang tua mereka bisa memberikan uang yang dibutuhkan)
3. anak pintar, ortu miskin
4. anak kurang pintar, ortu miskin

eits, jangan salahkan anak pada tingkat no.3 kalau mereka tidak bisa berkembang, karena memang mereka tidak ada akses untuk menuju kesana. jangan bayangkan diri kita yang sering searching ke internet, jangan bayangkan mereka punya hp seperti kita, jangan bayangkan mereka tau perkembangan info pendidikan terkini.. bayangkan bahwa mereka pun harus memenuhi kebutuhan perut mereka. bahkan mereka harus bekerja sendiri untuk itu. lihat sekitarmu, adakah anak seperti ini??

upzz dan jangan salahkan anak pada tingkat n0.4, banyak hal yang membuat mereka ada di tingkat no.4.. dan hal seperti ini bukan sedikit untuk Indonesiaku yang katanya negeri kaya sumber daya alam. dan kemana kita mesti berharap untuk masalah ini??? mau tau lebih lanjut kawan,,, baca buku ini, banyak hal yang bakalan kamu dapet dan buka mindframe kamu selama ini.

ok, buka cakrawala dunia dengan membaca! selamat membaca! :)
makasih untuk eko prasetyo yang udah buat buku ini..

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar