PEDULI ENERGI SAAT PANDEMI

By rani sabtelasari - 8:10 AM


            

Isu kenaikan harga listrik yang terjadi saat pandemi covid-19 di Indonesia tidak masuk akal. Begitu pikirku setelah membaca banyak pengalaman orang lain di sosial media. Terlepas dari benar atau tidaknya berita ini, hal ini membuat saya cukup khawatir. Sekembalinya kami sekeluarga di Indonesia, suami saya segera mengantisipasi agar biaya listrik tetap normal. Salah satunya yaitu dengan menggunakan AC di malam hari saja. Kami juga menambahkan beberapa stop kontak tambahan yang dilengkapi saklar. Hal ini memudahkan dalam memutus aliran listrik yang biasa dihasilkan dari berbagai macam charger yang jarang dicabut dari stop kontak dinding.

Selama di Rusia, kami menyewa sebuah apartemen yang berada di kota Moskow. Di setiap apartemen telah tersedia semua kebutuhan energi rumah tangga seperti jalur pipa gas untuk memasak, alat pemanas ruangan, air hangat dan listrik untuk lampu penerangan. Setelah 3 tahun hidup dan menuntut ilmu di Rusia, kami merasakan biaya listrik di Rusia lebih murah dibandingkan Indonesia. Menurut Globalpetrolprices.com, perbandingan harga listrik di Indonesia dan Rusia memang cukup signifikan yaitu 5 : 3. Untuk harga listrik kebutuhan rumah tangga PER kwH di Rusia berada pada angka 0.06 USD dan di Indonesia sebesar 0.1 USD.

Rusia merupakan salah satu penghasil gas terbesar di dunia setelah Amerika. Setengah dari listrik di Rusia dihasilkan melalui pembangkit listrik tenaga gas. Ada dua perusahaan utama yang memproduksi listrik yaitu Inter RAO dan Gazprom. Namun, perusahaan tersebut tidak langsung menjualnya kepada konsumen tetapi memasoknya ke berbagai penyedia. Di Moskow sendiri terdapat 8 perusahaan penyedia listrik. Setiap keluarga di Moskow mempunyai kebebasan dalam memilih penyedia listrik di apartemen mereka.

Sebaliknya, hanya terdapat satu penyedia sumber listrik utama di Indonesia yaitu PLN. Sedangkan swasta tidak memiliki kewenangan untuk menjual listrik langsung kepada konsumen. Hal ini mengakibatkan tidak adanya pesaing di bidang penyedia jasa listrik. Sehingga masyarakat tidak punya pilihan lain dalam memilih dan mau tak mau menerima harga yang diberikan oleh pemerintah. Selain itu, beban PLN juga menjadi sangat berat karena harus menanggung semua biaya pembelian tenaga listrik. Sudah saatnya PLN membagi tugas pembangunan pembangkitan energi listrik ke swasta. Pasalnya, hal ini bisa memicu pasar persaingan yang sehat. Para pengusaha swasta pasti akan bersaing untuk mendapatkan konsumen sehingga tarif listrik akan mampu ditekan semurah mungkin.

Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor gas alam. Menurut informasi, ekspor gas nasional tahun lalu mencapai 20,8 Bcm atau sekitar 4,8% dari total ekspor gas global yang mencapai 431 Bcm. Berbeda dengan Rusia, gas bumi yang dialokasikan untuk kelistrikan hanya sebesar 12,78 persen. Sumber listrik dalam negeri sebagian besar berasal dari batu bara. Sisi positifnya, mulai tahun 2020, pemerintah menargetkan akan membangun 1 juta Sambungan Rumah (SR) atau jaringan gas per-tahun. Seperti yang telah dilakukan oleh Rusia, harapannya jalur gas ini dapat menghemat biaya pengeluaran energi rumah tangga. Karena menurut British Petroleum (BP) konsumsi gas dalam negeri terus meningkat tiap tahun.

Selain itu, saya juga mulai peduli dengan lingkungan semenjak hidup mandiri bersama keluarga di Rusia. Saya mengetahui sendiri begitu banyaknya sampah yang dihasilkan dari pekerjaan rumah tangga, baik sampah kering maupun basah. Ditambah lagi dengan perubahan iklim yang terjadi di berbagai belahan dunia termasuk Rusia. Putin mengatakan bahwa temperatur di Rusia meningkat 2,5 kali lebih cepat dibanding keseluruhan bumi. Seperti yang terjadi di salah satu kota di Rusia yaitu Irkutsk, seratus ribuan hektar hutan mengalami kebakaran besar dan juga banjir yang mengerikan. Oleh karena itu, Putin mengharapkan para perusahaan untuk memikirkan energi yang lebih ramah lingkungan. Sumber energi terbarukan di Rusia berasal dari energi solar PV, angin dan hydropower.

 Dilihat dari posisi Indonesia yang terletak di sepanjang khatulistiwa dan memiliki ribuan kepulauan, negara ini mempunyai kesempatan besar menjadi pemimpin dunia dalam energi terbarukan. Berbeda dengan Rusia, Indonesia memiliki sumber energi terbarukan lebih banyak yang berasal dari angin, matahari, panas bumi, hydropower, dan gelombang air laut. Melihat kenyataan sumber energi khususnya listrik yang kian minim, alangkah baiknya Indonesia sudah semakin serius dalam upaya pembaruan energi ini. Pemerintah dapat bekerjasama dengan setiap pihak terkait yang peduli terhadap kebutuhan energi di Indonesia. Pemerintah Indonesia sebagai pengatur kebijakan energi listrik dengan PLN dapat menggandeng beberapa perusahaan atau startup di bidang energi untuk mengembangkan energi terbarukan di Indonesia. Bahkan jika hal ini di fasilitasi oleh pemerintah dengan baik, bukan tidak mungkin Indonesia dapat mencapai misi energi terbarukan lebih cepat dibanding target yang direncanakan.

Sebagai ibu rumah tangga, saya sangat berharap ketersediaan listrik di Indonesia dapat lebih murah. Apalagi di kala pandemi, banyak rumah tangga di luar sana yang juga mulai kesulitan secara ekonomi. Selain itu, industri rumahan juga ikut terpukul. Tagihan listrik yang semakin tinggi cukup meresahkan karena keuntungan produksi yang kian tak jelas. Saya yakin, pemerintah Indonesia telah mengupayakan segala cara untuk pemenuhan kebutuhan energi listrik di Indonesia. Berbagai macam tantangan dan kendala juga dihadapi dengan sekuat tenaga agar harga listrik tetap terjangkau.

Kini, sudah saatnya anak-anak muda Indonesia mulai urun tangan membantu. Dengan perkembangan teknologi yang kian canggih, generasi muda dapat menghasilkan ide-ide dan inovasi baru untuk menyokong pemerintah meningkatkan ketersediaan energi di Indonesia. Tinggal bagaimana pemerintah mengatur regulasi tentang hal ini. Sehingga nantinya, Indonesia dapat menjadi negara yang kaya dan berdaulat khususnya di bidang energi.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar