Isu kenaikan harga listrik yang terjadi saat pandemi covid-19 di Indonesia tidak masuk akal. Begitu pikirku
setelah membaca banyak pengalaman orang lain di sosial media. Terlepas
dari benar atau tidaknya berita ini, hal ini membuat saya cukup khawatir. Sekembalinya
kami sekeluarga di Indonesia, suami saya segera mengantisipasi agar biaya listrik tetap normal.
Salah satunya yaitu dengan menggunakan AC di malam hari saja. Kami juga
menambahkan beberapa stop kontak tambahan yang dilengkapi saklar. Hal ini memudahkan dalam memutus aliran listrik yang biasa
dihasilkan dari berbagai macam charger yang jarang dicabut dari stop kontak dinding.
Selama di Rusia, kami menyewa sebuah apartemen
yang berada di kota Moskow. Di setiap apartemen telah tersedia semua kebutuhan energi rumah tangga seperti jalur pipa gas untuk memasak, alat pemanas ruangan, air
hangat dan listrik untuk lampu penerangan. Setelah
3 tahun hidup dan menuntut ilmu di Rusia, kami merasakan biaya listrik di Rusia
lebih murah dibandingkan Indonesia. Menurut
Globalpetrolprices.com, perbandingan harga listrik di Indonesia dan Rusia
memang cukup signifikan yaitu 5 : 3. Untuk harga listrik kebutuhan rumah tangga
PER kwH di Rusia berada pada angka 0.06 USD dan di Indonesia sebesar 0.1 USD.
Rusia merupakan salah satu penghasil
gas terbesar di dunia setelah Amerika. Setengah
dari listrik di Rusia dihasilkan melalui pembangkit listrik tenaga gas. Ada dua
perusahaan utama yang memproduksi listrik yaitu Inter RAO dan Gazprom. Namun, perusahaan
tersebut tidak langsung menjualnya kepada konsumen tetapi memasoknya ke
berbagai penyedia. Di Moskow sendiri terdapat 8 perusahaan penyedia
listrik. Setiap keluarga di Moskow mempunyai kebebasan dalam memilih penyedia
listrik di apartemen mereka.
Sebaliknya, hanya terdapat satu penyedia sumber listrik utama di Indonesia yaitu PLN. Sedangkan swasta tidak memiliki kewenangan untuk menjual listrik langsung kepada konsumen. Hal ini mengakibatkan tidak adanya pesaing di bidang penyedia jasa listrik. Sehingga masyarakat tidak punya pilihan lain dalam memilih dan mau tak mau menerima harga yang diberikan oleh pemerintah. Selain itu, beban PLN juga menjadi sangat berat karena harus menanggung semua biaya pembelian tenaga listrik. Sudah saatnya PLN membagi tugas pembangunan pembangkitan energi listrik ke swasta. Pasalnya, hal ini bisa memicu pasar persaingan yang sehat. Para pengusaha swasta pasti akan bersaing untuk mendapatkan konsumen sehingga tarif listrik akan mampu ditekan semurah mungkin.
Indonesia merupakan
salah satu negara pengekspor gas alam. Menurut informasi, ekspor gas
nasional tahun lalu mencapai 20,8 Bcm atau sekitar 4,8% dari total ekspor gas
global yang mencapai 431 Bcm. Berbeda dengan Rusia, gas bumi yang dialokasikan untuk kelistrikan hanya
sebesar 12,78 persen. Sumber listrik dalam negeri sebagian besar
berasal dari batu bara. Sisi positifnya, mulai tahun 2020, pemerintah menargetkan akan membangun 1
juta Sambungan Rumah (SR) atau jaringan gas per-tahun. Seperti yang telah dilakukan oleh Rusia,
harapannya jalur gas ini dapat menghemat biaya pengeluaran energi rumah tangga.
Karena menurut British Petroleum (BP) konsumsi gas dalam negeri terus meningkat
tiap tahun.
Selain itu, saya juga mulai peduli
dengan lingkungan semenjak hidup mandiri bersama keluarga di Rusia. Saya
mengetahui sendiri begitu banyaknya sampah yang dihasilkan dari pekerjaan rumah
tangga, baik sampah kering maupun basah. Ditambah lagi dengan perubahan iklim
yang terjadi di berbagai belahan dunia termasuk Rusia. Putin mengatakan bahwa temperatur di Rusia meningkat 2,5 kali lebih
cepat dibanding keseluruhan bumi. Seperti yang terjadi di salah satu kota di
Rusia yaitu Irkutsk, seratus ribuan hektar hutan mengalami kebakaran besar dan
juga banjir yang mengerikan. Oleh karena itu, Putin mengharapkan para
perusahaan untuk memikirkan energi yang lebih ramah lingkungan. Sumber energi
terbarukan di Rusia berasal dari energi solar PV, angin dan hydropower.
Dilihat dari posisi Indonesia
yang terletak di sepanjang khatulistiwa dan memiliki ribuan kepulauan, negara
ini mempunyai kesempatan besar menjadi pemimpin dunia dalam energi terbarukan. Berbeda
dengan Rusia, Indonesia memiliki sumber energi terbarukan lebih banyak yang berasal
dari angin, matahari, panas bumi, hydropower,
dan gelombang air laut. Melihat kenyataan sumber energi khususnya listrik yang
kian minim, alangkah baiknya Indonesia sudah semakin serius dalam upaya
pembaruan energi ini. Pemerintah dapat bekerjasama dengan setiap pihak terkait
yang peduli terhadap kebutuhan energi di Indonesia. Pemerintah Indonesia
sebagai pengatur kebijakan energi listrik dengan PLN dapat menggandeng beberapa
perusahaan atau startup di bidang energi untuk mengembangkan energi terbarukan
di Indonesia. Bahkan jika hal ini di fasilitasi oleh pemerintah dengan baik,
bukan tidak mungkin Indonesia dapat mencapai misi energi terbarukan lebih cepat
dibanding target yang direncanakan.
Sebagai ibu rumah tangga, saya sangat berharap ketersediaan listrik di
Indonesia dapat lebih murah. Apalagi di kala pandemi, banyak rumah tangga
di luar sana yang juga mulai kesulitan secara ekonomi. Selain itu, industri
rumahan juga ikut terpukul. Tagihan listrik yang semakin tinggi cukup
meresahkan karena keuntungan produksi yang kian tak jelas. Saya yakin,
pemerintah Indonesia telah mengupayakan segala cara untuk pemenuhan kebutuhan
energi listrik di Indonesia. Berbagai macam tantangan dan kendala juga dihadapi
dengan sekuat tenaga agar harga listrik tetap terjangkau.
Kini, sudah saatnya anak-anak muda Indonesia mulai urun tangan membantu. Dengan perkembangan teknologi yang kian canggih, generasi muda dapat menghasilkan ide-ide dan inovasi baru untuk menyokong pemerintah meningkatkan ketersediaan energi di Indonesia. Tinggal bagaimana pemerintah mengatur regulasi tentang hal ini. Sehingga nantinya, Indonesia dapat menjadi negara yang kaya dan berdaulat khususnya di bidang energi.
0 komentar