Ketika Beasiswa ini Membuatku Ragu Meninggalkan Anak-Anak
By rani sabtelasari - 3:45 PM
Berbagai kecemasan dan rasa takut mulai membayangi pikiran saya lagi. Sebagai seorang perempuan yang sudah memiliki suami dan anak, saya tidak bisa memikirkan diri sendiri. Saya adalah saya yang terbagi menjadi beberapa jiwa. Suami, anak, orang tua adalah jiwa-jiwa lain di dalam jiwa saya. Ada berbagai pertimbangan sebelum saya melakukan suatu keputusan. Dan itu rumit..
Saya tidak pernah ke luar negeri sekalipun. Saya hanya bisa membaca informasi dan membayangkan bagaimana kalau saya hidup disana tanpa anak dan dengan cuaca yang sangat dingin serta dengan orang-orang baru dari negara dan kebudayaan yang berbeda. Tapi, entah kenapa tiba-tiba ada suatu keyakinan dalam diri saya, saya harus berangkat. Saya harus menambah wawasan saya. Saya harus sekolah lagi di negara lain.
Ada beberapa hal yang membuat saya yakin akan hal itu dan salah satunya adalah tentang masa depan saya dan keluarga saya. Saya merasa yakin bahwa inilah titik tolak dari semua kegalauan saya. Inilah jalan yang harus saya tempuh. Jalan yang pada awalnya merupakan cita-cita suami saya dan pada akhirnya menjadi cita-cita saya juga. Saya berusaha meyakinkan diri saya bahwa ini adalah jalan Allah buat saya. Mumpung anak-anak masih kecil, mumpung kesempatan ini datang, dan banyak hal-hal yang tidak terpikirkan tiba-tiba terjadi disaat-saat ini.
Rencana saya dan suami saya akan mejadi rencana besar yang akan sangat mengubah kehidupan kami. Siap tidak siap, kami harus melakukannya dengan keyakinan dan keraguan itu harus ditepis dengan pikiran yang jernih. Mungkin ini terlihat mengabaikan perasaan seorang ibu yang sebenarnya. dan memang seperti itu,, siapa sih yang tega jauh dari anak yang masih balita dan sedang lucu-lucunya,, walaupun hanya dalam waktu yang sebentar saja pun akan sulit. Semoga Allah kuatkan saya...
“Al Yaqiinu La Yazuulu bisy Syakki”
(Sesuatu yang meyakinkan tidak dapat hilang hanya dengan keraguan )
Anak yang hebat terlahir dari ibu yang kuat. Hal ini sangat memotivasi saya untuk terus memperbaiki dan mengembangkan diri saya. Keluh kesah dan apapun namanya itu harus ditepis jauh dari pikiran saya. Karena dunia hanya persinggahan sementara, selalu perbaiki niat dalam berbagai hal. Perbaiki niat agar kita selalu yakin akan setiap keputusan yang telah kita ambil. Niat yang baik karena Allah akan menghasilkan hal yang baik pula. Invetarisir hal-hal yang menjadi tujuan kita. Dan tujuan itu yang harus selalu digenggam erat karena akan menjadi kunci terhadap kuat tidaknya kita mempertahankan keputusan yang telah kita ambil. Wallahualam..
catatan seorang ibu
- rani sabtelasari -
0 komentar